Sunday 30 December 2007

Saat Pneumokokus Mengintai Si Kecil

Sejak dilahirkan hingga usia lima tahun merupakan periode emas tumbuh kembang anak. Namun, proses perkembangan anak ini bisa terhambat oleh serangan penyakit pneumokokus. Bahkan, penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada anak balita.
Penyakit pneumokokus invasif (IPD) adalah sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri streptococcus pneumoniae (pneumokokus), yakni radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia). IPD dapat menyebabkan kematian dan kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan mental, kemunduran inteligensia, lumpuh, dan gangguan saraf.
Bakteri pneumokokus sendiri terdiri atas 90 tipe kuman, tujuh serotipe di antaranya paling sering menyebabkan IPD pada bayi dan anak. Bakteri ini ditemukan secara normal pada daerah hidung dan tenggorokan. "Jika masuk ke aliran darah, bakteri ini menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh hingga terjadi kegagalan multi-organ," kata spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, Prof Cissy B Kartasasmita.
Gejala bakterimia pada anak kadang sulit dikenali lantaran awalnya serupa dengan infeksi virus biasa, seperti demam tinggi dan rewel terus-menerus diikuti atau tanpa infeksi saluran pernapasan. Adapun pneumonia ditandai napas cepat, sesak, nyeri dada, batuk, dan demam.
Meningitis ditandai demam tinggi, nyeri kepala hebat, muntah, diare, takut pada cahaya, leher kaku. Bayi juga lemah dan lesu, susah makan, kesadaran menurun dan kejang. "Meningitis karena bakteri pneumokokus dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Jika sembuh, sering menimbulkan kecacatan permanen, seperti keterbelakangan mental dan kelumpuhan," ujar Cissy.
Cara penularannya melalui percikan ludah saat bersin, batuk atau berbicara. IPD juga bisa ditularkan dari orang yang tinggal serumah, tetangga, tempat penitipan anak. "Faktor risiko lain adalah bayi lahir prematur, bayi yang kurang mendapat ASI, malnutrisi, terpapar polusi dan asap rokok, hunian padat, pergantian cuaca, dan penderita penyakit kronis," kata konsultan Inisiatif Kesehatan Anak dan Riset Nutrisi (CHNRI), Prof J Igor Rudan.
IPD dapat menyerang siapa saja dan di mana saja karena bakteri pneumokokus secara normal berada di dalam rongga hidung dan tenggorokan. Sekitar 60 persen dari anak-anak prasekolah atau anak balita membawa bakteri itu dalam tubuhnya. Kelompok umur paling rentan terkena penyakit ini adalah bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, penyakit IPD merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian yang tinggi di dunia. Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,6 juta kematian disebabkan kuman pneumokokus. Perkiraan ini mencakup kematian 700.000 hingga satu juta anak balita, terutama di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika.
"Lima dari sepuluh negara dengan kasus pneumonia tertinggi di dunia berada di Asia. Indonesia sendiri merupakan negara keenam di dunia dengan jumlah kasus baru pneumonia anak terbanyak, yakni 5,8 juta penderita. Separuh dari kasus pneumonia disebabkan kuman pneumokokus," kata Rudan dalam Simposium Tingkat Regional Asia Pasifik Vaksinasi Pneumokokus yang diprakarsai Institut Vaksin Internasional (IVI) di Seoul, Korea Selatan.
"Selain penyebab utama kematian pada anak, pneumonia juga penyebab utama rawat inap pada balita di mayoritas negara berkembang," kata Direktur Regional WHO Western Pacific Shigeru Omi. Padahal, sebagian besar pembiayaan rumah sakit itu tidak dijamin asuransi, tetapi harus dibayar secara tunai sehingga meningkatkan angka kemiskinan di banyak negara di Asia.
Lebih gawat lagi, sejak tahun 1990-an muncul resistensi bakteri pneumokokus terhadap sejumlah obat antimikroba. Menurut Kepala Divisi Penyakit Infeksi Pusat Kedokteran Samsung Prof Jae Hoon Song, ada empat kategori utama obat yang tak lagi ampuh melawan bakteri pneumokokus, yakni penisilin dan beta-lactam, macrolide, fluoroquinolone serta obat kombinasi tiga jenis antibiotik. Ini terutama terjadi di banyak negara di Asia.
Kondisi ini makin mempersulit pengobatan pasien IPD. "Penggunaan obat antibiotik secara berlebihan meningkatkan resistensi dan mengancam efektivitas terapi. Pada akhirnya ini akan meningkatkan biaya pengobatan karena harus menggunakan antibiotik yang lebih mahal," kata Ketua Aliansi Strategis Tingkat Asia untuk Pencegahan Penyakit Pneumokokus Prof Lulu Bravo.
Bisa dicegah
Padahal, IPD sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi pneumokokus. Menurut Shigeru Omi, imunisasi ini tidak hanya mengurangi angka kesakitan dan kematian pada balita akibat penyakit pneumokokus, tetapi juga dapat mencegah terjadinya proses pemiskinan karena harus mengeluarkan dana untuk berobat ke rumah sakit.
Terkait hal itu, Maret 2007 lalu WHO telah mengeluarkan rekomendasi agar negara-negara di dunia harus memprioritaskan penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi dalam program imunisasi nasional. Ini terutama berlaku bagi negara dengan lebih dari 50 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan negara dengan lebih dari 50.000 kematian balita per tahun.
Vaksin pneumokokus konjugasi yang saat ini beredar dapat mencegah penyakit pneumokokus invasif. Vaksin ini memberi perlindungan terhadap tujuh serotipe bakteri pneumokokus (PCV-7) yang banyak menyerang bayi dan anak-anak di Amerika Serikat dan Kanada serta memberi perlindungan hingga 80 persen terhadap resistensi antibiotik bakteri pneumokokus.
Hasil studi klinis terhadap 37.000 bayi di AS menunjukkan bahwa vaksin pneumokokus memiliki tingkat keampuhan, yakni 97,4 persen efektif pada bayi yang telah divaksinasi penuh (empat dosis) dan 89 persen efektif dalam mencegah semua kasus IPD dari anak yang mendapat satu kali atau lebih dosis vaksinasi. Reaksi umum dari vaksinasi yang paling banyak dilaporkan adalah demam ringan, rewel, sulit tidur, muntah, diare, dan kemerahan pada kulit.
"Vaksin pneumokokus memberi perlindungan secara tidak langsung pada anak-anak dan orang tua yang serumah dengan mereka yang divaksinasi," ujar Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Prof Sri Rezeki S Hadinegoro. Vaksin itu dapat mulai diberikan saat usia dua bulan. Pada usia di bawah satu tahun diberikan empat dosis, usia satu hingga tahun diberikan tiga dosis, dan di atas dua tahun cukup satu dosis.
Sejauh ini, vaksin pneumokokus telah jadi vaksin yang diwajibkan di AS, Australia, Eropa, dan Meksiko. Vaksin ini juga telah diluncurkan di beberapa negara di Asia. Beberapa negara di Afrika juga berminat menerapkan program imunisasi setelah mendapat komitmen dana jangka panjang dari lembaga donor internasional.
Akan tetapi, banyak negara di Asia yang belum memasukkan vaksin pneumokokus ke dalam program nasional imunisasi, termasuk Indonesia, karena keterbatasan dana. Padahal, angka kematian anak di Indonesia mencapai 162.000 per tahun. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sendiri telah menyetujui vaksin untuk mencegah IPD pada bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
Kendala lain adalah ketersediaan data serotipe di tiap negara untuk mengetahui tingkat kecocokan vaksin dengan serotipe kuman pneumokokus yang ada di negara bersangkutan. Hasil riset yang ada, tingkat kecocokan vaksin konjugasi tujuh serotipe bagi balita di Eropa dan Amerika 80 persen, sedangkan Asia dan Afrika baru sekitar 50 persen.
Untuk meningkatkan kemampuan perlindungan vaksin pneumokokus, kini sejumlah pelaku industri farmasi tengah melakukan riset vaksin pneumokokus konjugasi dengan jumlah serotipe kuman lebih dari tujuh. "Saat ini vaksin yang mampu melindungi dari 10 hingga 13 serotipe sedang dikembangkan," kata Luis Jodar, Deputi Direktur Jenderal Institut Vaksin Internasional.
Pendanaan
"Yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melindungi anak-anak dari infeksi pneumokokus melalui vaksinasi," ujar Lulu Bravo. Di Asia, baru Korsel dan Singapura yang cakupan imunisasi bayi baru lahir tinggi meski belum jadi program pemerintah. Adapun di negara lain masih 0-3 persen.
Terkait pendanaan, Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) berkomitmen mengucurkan bantuan dana bagi negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah, termasuk Indonesia. "Pelaksanaannya tergantung kesiapan tiap negara," kata Direktur Eksekutif Perencanaan Pengenalan dan Pengembangan Terakselerasi Vaksin Pneumokokus (PneumoADIP) Orin S Levine.
Atas dukungan dana dari GAVI, Pemerintah Indonesia berencana memasukkan vaksin pneumokokus ke dalam program imunisasi rutin bagi lima juta bayi pada tahun 2010. "Ini peluang untuk mencegah infeksi pneumokokus pada balita," kata Kepala Subdirektorat Imunisasi Departemen Kesehatan Jane Soepardi.
Harga vaksin pneumokokus kini 58 dollar AS per dosis. Negara penerima bantuan cukup membayar 15 sen dollar AS (setara dengan Rp 1.400) per dosis, sisanya ditanggung GAVI. Besar bantuan itu dikurangi secara bertahap dalam waktu tujuh tahun. "Dalam dua tahun ke depan kami menyiapkan data-data serotipe pneumokokus di Indonesia," ujar Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes Nyoman Kandun.
Menurut rencana, Depkes melaksanakan uji laboratorium kasus-kasus dugaan pneumonia pada anak di tiga rumah sakit, yakni RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Shanglah Denpasar. Pemeriksaan itu bertujuan mengetahui serotipe pneumokokus yang ada di Indonesia. "Jadi, vaksin pneumokokus yang digunakan benar-benar aman dan efektif," kata Jane.
Hal serupa juga tengah dirancang sejumlah negara berkembang lain di Asia. "Edukasi bagi para profesional di bidang kesehatan, termasuk organisasi ilmuwan, para orangtua, pengambil kebijakan dan pemimpin masyarakat harus dikembangkan sehingga semua pihak bisa bekerja sama dalam perang melawan pembunuh utama anak- anak kita," kata Lulu Bravo. (EVY RACHMAWATI

Saturday 15 December 2007

BAYI BANYAK KERINGAT


Anak perempuan saya (11 bulan) sering keluar keringat yang cukup banyak. Kadang-kadang mengucur deras seperti habis berolahraga. Keringatnya banyak keluar terutama pada waktu makan, minum dan tidur. Sehingga saya selalu siap dengan lap handuk. Padahal daerah tempat tinggal saya cukup dingin dan orang dewasa yang ada di rumah juga tidak pernah berkeringat sebanyak itu. Pertanyaan selanjutnya, anak saya sering menggaruk-garuk matanya yang sebelah kanan. Tapi tidak terlihat adanya kelainan, seperti belekan dan lain-lain. Perlukah saya ke dokter mata atau hanya diberi salep saja? Salep apa yang aman untuk anak seusianya. Anak saya masih minum ASI ditambah susu formula.
Komariah Sutanto - Depok
Bu Komariah, pengeluaran keringat pada tiap anak berbeda- beda. Ada anak yang sangat banyak berkeringat sehingga di ruang ber-AC yang sejuk pun masih berkeringat. Ada juga yang kurang. Perlu juga diketahui apakah keringat berlebihannya sudah ada sejak dulu (menandakan faktor bawaan) atau timbul belakangan yang menandakan ada sesuatu keadaan atau penyakit yang menimbulkan gejala tersebut. Keringat yang berlebih dapat disebabkan oleh stres, penyakit hipertiroid (fungsi kelenjar gondok yang berlebih), gula darah yang rendah, obesitas (kegemukan) atau reaksi setelah makan terutama makanan yang panas atau pedas. Pada sebagian anak, penyebab keringat berlebih tidak diketahui sebabnya (idiopatik) . Bagaimana berat anak ibu? Jika ia terlalu gemuk mungkin wajar jika banyak berkeringat. Jika ia terlalu kurus perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit seperti hipertiroid (fungsi kelenjar gondok yang berlebih, penyakit ini relatif jarang) atau penyakit paru seperti TBC (biasanya keringat malam). Mata yang sering digaruk mungkin menandakan adanya iritasi atau alergi. Sebaiknya ibu membawanya ke dokter anak untuk diperiksa lebih lanjut tentang mata dan keringatnya. Tidak ada salahnya jika ibu mau membawanya ke dokter mata untuk diperiksa matanya

Mengenal Kondisi Bayi Baru Lahir

Mengenal Kondisi Bayi Baru Lahir
Jumat, 11 Mei 2007 - Dikirim oleh kjKategori : Kesehatan
Kenapa si Upik mengeluarkan darah seperti sedang haid? Kenapa warna tinjanya berbeda dari biasa? Nah, agar tak bingung lagi, kenali apa saja yang biasa dialami bayi.
Masalah-masalah seperti disebut di atas, wajar ditemui pada bayi baru lahir. Penyebabnya, bisa karena faktor hormon sang ibu, pengeluaran hasil sel atau kelenjar (sekresi) yang aktif, atau faktor eksresi yaitu pembuangan sisa-sisa kotoran/racun dalam tubuh. Tapi bisa juga karena ada sesuatu yang tak harmonis dalam tubuh si kecil. Kendati wajar dan lumrah, tetap saja harus diwaspadai, apakah cairan yang dikeluarkan bayi masih dalam batasan normal atau tidak. Nah, berikut hal-hal yang kerap dicemaskan orang tua disertai penjelasannya:
Darah dan keputihan dari vagina
Pada beberapa bayi perempuan yang baru lahir, kadang ditemui bercak darah keluar dari vaginanya seperti wanita tengah haid. Bahkan selain darah, kadang si kecil mengalami keputihan.
Penyebabnya tak lain pengaruh hormon estrogen ibu saat bayi masih di kandungan, terutama pada trimester ketiga kehamilan. Hal itu bisa terjadi karena kendati masih bayi, ia sudah memiliki rahim dan kelenjarnya sudah bekerja. Karena penyebabnya adalah pengaruh hormonal sang ibu, maka tak perlu diobati. Diamkan saja sampai pengaruh hormon si ibu hilang atau habis dengan sendirinya.Kapan hilangnya, tergantung kadar hormon si ibu. Biasanya tak sampai 2 bulan.
Pengaruh hormonal dari ibu ini sebenarnya tak jadi masalah, hingga tak perlu kelewat cemas. Pada bayi lelaki, pengaruh hormonal dari ibu akan terlihat pada payudaranya yang agak besar seakan membengkak. Tak perlu dipijat-pijat, nanti bengkaknya juga akan hilang dengan sendirinya.
Lendir
Akibat ada lendir, napas si kecil jadi terdengar berisik. Suara grok, grok, grok, yang dikeluarkannya membuat ibu khawatir. Bunyi itu, berasal dari cairan yang berada di paru-paru, karena organ ini memproduksi lendir juga. Bunyi yang dikeluarkan bayi, pertanda sekresinya berlebihan. Pada bayi yang berbakat alergi, semisal ibunya makan seafood hingga bayinya alergi, maka produksi lendir pun akan meningkat. Karena itu, ibu harus memperhatikan benar, apa saja yang bisa jadi pencetus alergi anak hingga napas keras karena lendir yang berlebihan tadi bisa dihindari. Selain alergi, peningkatan lendir juga bisa terjadi karena ada infeksi semisal tertular flu dari lingkungan sekitarnya.
Sekresi lendir yang berlebih juga dapat mengganggu makan dan minum bayi. Kondisi saluran napas dan saluran makan anak usia 3-6 bulan masih dalam keadaan terbuka hingga ia pun akan muntah karena makanan atau minuman yang ditelannya tak bisa masuk dengan baik. Beda dengan bayi usia 6 bulan ke atas di mana kedua saluran tadi tak terbuka kedua-duanya. Saat si bayi minum atau makan, maka saluran napasnya akan menutup.
Nah, bunyi napas yang kasar tadi, sejauh tak mengganggu makan-minum, tak ada demam atau infeksi, tak mengganggu aktivitas bayi, tak perlu dikhawatirkan. Sebab pada prinsipnya tubuh bayi memproduksi banyak lendir, hanya saja dia tak bisa mengeluarkannya seperti dengan batuk karena refleksnya belum baik.
Sebenarnya, banyak cara untuk mengeluarkan lendir bayi.Letakkan bayi dalam posisi tengkurap lalu tepuk-tepuk punggungnya. Kalau lendirnya banyak, dengan cara ini dia akan muntah. Lakukan cara ini sebelum bayi minum apa pun. Posisi tidur tengkurap juga bagus, karena posisi saluran napas jadi lebih rendah hingga lendir pun akan turun ke arah mulut.
Tinja
Begitu tinja si kecil berwarna hijau tua dan agak kehitaman, orang tua umumnya langsung cemas. Padahal, itu normal-normal saja. Ini bisa terjadi karena bayi minum cairan ketuban dan disekresikan tubuh untuk kemudian dikeluarkan kembali ke dalam air ketuban dalam plasenta ibu. Begitu lahir, bila si bayi buang air besar maka kotoran awal yang keluar akan berupa kotoran kala dia masih di kandungan, yang disebut meconium. Jadi, tak perlu cemas dan panik. Biasanya meconium akan berlangsung selama 2-3 hari. Setelah itu, kotorannya akan berwarna hijau, walaupun sudah tak ada lagi kaitannya dengan air ketuban. Warna hijau ini diberikan pada makanan oleh empedu yang terdapat di usus dua belas jari. Adanya warna empedu pada tinja yang keluar sebenarnya pertanda bagus. Berarti empedu itu bekerja mencerna lemak makanan yang ada dalam usus.
Kecuali, jika warna tinja putih seperti dempul. Ini patut dicurigai karena mungkin ada yang tak normal atau mungkin terjadi sumbatan pada empedunya. Begitu juga bila terdapat darah pada tinja, harus diwaspadai sebagai indikasi ada infeksi. Segera bawa anak ke dokter.
Normalnya, pada bayi baru lahir karena ia mendapatkan ASI, maka frekuensi BAB-nya dalam sehari bisa 6-8 kali dalam bentuk cair dan ada ampasnya. Hal ini normal. Kecuali hanya cairan atau berlendir saja, maka harus segera dibawa ke dokter karena kemungkinan terjadi infeksi. Biasanya setelah mendapat makanan padat, pola buang air besarnya bisa berubah, misal, 3 kali sehari.
Urin
Umumnya, urin bayi baru lahir tak putih bening warnanya, melainkan kuning agak pekat. Bisa juga kemerahan seperti darah. Ini dipengaruhi minuman si bayi. Ada beberapa produk susu formula yang mengandung suatu zat tertentu yang sebetulnya memang baik untuk tubuh, tapi bisa menyebabkan warna urin berubah karena mungkin kadarnya terlalu tinggi. Jadi, tak usah buru-buru cemas. Kalau karena pengaruh susu formula, sebetulnya tak berbahaya karena hanya suatu reaksi tubuh. Walaupun demikian, ada baiknya untuk penggunaan susu tersebut selanjutnya dikonsultasikan pada dokter.
Lain hal kalau warna urin merah bukan dikarenakan konsumsi yang diminum si bayi, maka ibu harus waspada. Misal, bayi tak minum susu formula. Bisa jadi darah yang ada di urinnya karena ada perdarahan, entah akibat infeksi ataupun kekurangan vitamin K.
Keringat
Banyak orang tua mengeluh, mengapa keringat si kecil begitu banyak. Padahal, memang begitulah yang terjadi pada bayi baru lahir. Pada beberapa bagian tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki, keringatnya banyak sekali. Penyebabnya, di daerah tersebut memang banyak kelenjar keringatnya. Malah kalau ia banyak berkeringat, itu pertanda kelenjar keringatnya berfungsi dengan baik. Sebab, pengeluaran keringat, termasuk proses eksresi, yaitu membuang sisa-sisa garam, juga racun dalam tubuh. Selain itu, untuk mengeluarkan panas dalam badan dan membuat suhu permukaan kulit jadi turun. Umumnya, makin meningkat usia bayi, keringatnya akan berkurang.
Penyebab lain dari keringat berlebihan adalah konsumsi susu sapi. Protein susu sapi dalam badan akan diubah oleh tubuh menjadi protein. Nah, saat pengubahan itu, banyak menimbulkan panas yang akan dibuang dalam bentuk keringat.
Air mata
Orang tua juga kadang khawatir bila mata bayinya selalu tampak belekan atau berair terus. Produksi air mata pada bayi sebetulnya sudah ada. Kalau pada orang dewasa, bila ia menangis akan terasa ada air mata yang masuk ke dalam saluran hidung, seperti orang yang pilek. Nah, pada beberapa bayi, kalau produksi air matanya berlebihan, sementara saluran yang ada ke hidung belum sempurna dan belum dapat dipakai dengan baik, maka bayi akan mengeluarkan air mata hanya dari matanya. Saluran hidung ini umumnya akan membaik bila bayi menginjak usia 1 bulan. Lain hal jika ia mengalami radang di hidung hingga salurannya tetap tersumbat dan akibatnya air matanya menjadi meningkat.
Muntah
Jika hanya gumoh, tak perlu dirisaukan. Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Yang harus dikhawatirkan adalah muntah, yaitu cairan yang keluar lebih banyak dari gumoh. Muntah bukan sekresi ataupun eksresi, tapi memang ada sesuatu yang tak normal. Harusnya makanan dan minuman masuk dari mulut ke lambung, lalu ke usus dua belas jari. Nah, jika muntah, berarti ada sesuatu yang menganggu. Umumnya karena ada masalah pada pintu masuk lambung, misal, sudutnya tak tepat, sementara tekanan dari lambung tinggi. Akibatnya, dia akan balik lagi yang disebut reflaks. Bisa juga ada masalah pada pintu keluar lambung hingga menyebabkan lambung terganggu kala akan mengeluarkan isinya ke usus dua belas jari. Penyebab lain adalah infeksi, semisal radang tenggorokan yang bisa menimbulkan reaksi muntah. Namun demikian, muntah pada bayi baru lahir jarang sekali terjadi.

Saturday 8 December 2007

PESTA ULANG TAHUN PERKAWINAN BUKAN YANG TERPENTING

Senang-susah membina perkawinan boleh saja dirayakan meriah. Tapi jangan lupa untuk juga mengevaluasi perkawinan.
Banyak pasangan yang setiap tahun selalu bersemangat merayakan ulang tahun
perkawinannya. Ada yang merayakannya dengan cara pesta di rumah mengundang sanak keluarga dan sahabat, ada pula yang pergi bulan madu lagi berdua atau hanya makan malam berdua dalam suasana romantis, dan sebagainya. "Semua ini soal teknis, tergantung kesepakatan dan kebiasaan masing-masing pasangan. Ada yang merasa perlu merayakan dan ada yang tidak, cukup diingat saja tanggalnya," tutur psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi.
Sebenarnya, lanjut Ieda, kebiasaan merayakan ulang tahun perkawinan berkaitan dengan kultur, sosial, agama, dan ekonomi. "Malah ada juga, lho, pasangan yang merasa tak perlu mengistimewakan hari ulang tahun perkawinannya. Kesannya, tak menganggap penting karena di masyarakatnya, ulang tahun perkawinan bukan merupakan sesuatu yang penting," tuturnya lagi.
Jadi, bila suami-istri berangkat dari latar belakang dan kebiasaan yang berbeda, bukan tak mungkin akan terjadi pandangan yang berbeda tentang perlu tidaknya merayakan ulang tahun perkawinan. Bahkan bisa terjadi, yang satu enggak ngerti apa, sih, istimewanya ulang tahun perkawinan sementara pasangannya justru sangat mengagungkan. "Biasanya ini akan jadi masalah karena yang satu menganggap penting dan ingin merayakannya sementara pasangannya tak peduli, bahkan ingat pun tidak," bilang Ieda.
TAK BOSAN MENGINGATKAN
Menurut Ieda, umumnya suami tak begitu mempersoalkan hal ini. "Ulang tahun perkawinan saja, kok, diributkan. Yang penting, kan, saya ingat. Lagi pula, mau kasih kado kapan saja saya bisa, kok," begitu katanya. Sebaliknya, istri cenderung mengagung-agungkan ulang tahun perkawinan dan berangan-angan untuk merayakannya secara romantis. "Nah, angan-angan inilah yang justru seringkali membuat ribut. Kok, kamu enggak perhatian; kok, kamu lupa, dan sebagainya. Padahal ini hanya soal kebiasaan saja," tutur Ieda.
Agar tak terjadi konflik, saran Ieda, suami-istri harus segera mencari kompromi atau bersepakat, bagaimana sebaiknya bila hendak merayakan ulang tahun perkawinan. "Apakah hendak menjadikannya tradisi atau tidak. Termasuk teknis pelaksanaannya, mau pakai pesta atau berdua saja."
Bila pasangan bukan berasal dari keluarga yang amat mementingkan ulang tahun perkawinan dan menolak menganggap penting, kata Ieda, "Anda tak perlu berkecil hati karena dia tentunya akan sulit melakukan kebiasaan-kebiasaan baru bila sebelumnya tak pernah melakukan itu." Bahkan, Ieda minta agar Anda jangan terlalu mempersoalkan kebiasaan tersebut, apakah menganggap penting atau tidak.
Yang perlu Anda lakukan ialah bersabar dan tak bosan mengingatkan. "Jadi tak usah menuntut dari pasangan untuk hal yang memang dia belum terbiasa. Beri dia kesempatan, dong," tukas Ieda. Jangan pula mengharap suatu saat dia pasti akan mengikuti kebiasaan baru itu dan mengingatnya. "Mungkin sepanjang hidup Anda, tiap ulang tahun perkawinan hanya Anda sendiri yang ingat, lalu menata rumah dan memasak secara istimewa. Sementara suami pulang-pulang hanya berkata, 'Ada apa, nih, kok istimewa?'"
Kalau memang kesadaran suami hanya sampai di situ, istri jangan langsung gundah apalagi sampai ribut. "Sayang, kan, suasana ulang tahun perkawinan jadi rusak," ujar Ieda. Jadi, bila Anda menganggap itu penting untuk dirayakan, lakukannya dengan senang hati namun jangan berharap dari pasangan Anda. "Enjoy yourself, mungkin saja lambat laun pasangan merasa, saya harus ikut dalam kegembiraan itu. Tapi mungkin juga, setiap tahun pasangan Anda hanya akan mengatakan, 'Oh iya, saya, kok, lupa.' Ya, sudah, tak apa-apa. Itulah pasangan Anda yang harus diterima," lanjutnya.
LAKUKAN EVALUASI
Sebenarnya, terang Ieda, yang lebih penting dalam memperingati ulang tahun perkawinan bukanlah kesepakatan tentang pesta atau perayaannya, tapi mencari makna dalam setiap tahun perkawinan yang dilewati. "Setiap pasangan hendaknya saling berdiskusi, apa, sih, arti ulang tahun perkawinan ini buat kita. Kita mau ngapain, sih, ke depannya, apa yang sudah kita capai, dan sebagainya."
Dalam bahasa lain, setiap memperingati ulang tahun perkawinan hendaknya ada evaluasi karena situasi perkawinan memang harus selalu dilihat lagi setiap tahun. "Bukan saja bagi yang baru 5 tahun menikah tapi juga yang sudah 25 atau 30 tahun karena setiap tahun yang lewat membawa perubahan pada setiap kehidupan perkawinan." Misalnya, pantas enggak di usia perkawinan 10 tahun kita masih meributkan hal-hal yang sama seperti pada tahun-tahun pertama. "Bisa juga sambil mengucap syukur, ah, lega, ya, kita baru 10 tahun menikah tapi rasanya kayak sudah 20 tahun. Lalu apa ke depannya yang akan kita lakukan." Jadi, lebih menyadarkan bahwa usia perkawinan kita sudah segini, lo; apakah perkembangan perannya sudah tepat, ada yang ketinggalan enggak?
Memang, aku Ieda, bukan berarti kegembiraan merayakan ulang tahun perkawinan harus ditinggalkan, "tapi sebaiknya kegembiraan itu juga bisa menjadi patokan untuk meninjau kembali dan menata kehidupan perkawinan agar ke depannya bisa diperbaiki yang kurang dan belum terlaksana." Dengan demikian, di setiap ulang tahun perkawinan akan ada penambahan, pengenalan diri, dan pengenalan pasangan. "Kita juga jadi selalu optimis melihat ke depan karena kehendak masing-masing saling didengar sehingga setiap pihak terdorong untuk berinisiatif dan inovatif mengelola rumah tangga. Sekaligus sebagai perenungan untuk melihat apakah diri kita atau pasangannya sudah berbeda dengan kemarin."
Soal teknisnya seperti beli kue atau kembang, dirayakan berdua di luar kota atau pesta bersama seluruh keluarga besar, tergantung dari kebiasaan dan kemampuan ekonomi masing-masing. Sayangnya, tutur Ieda, justru evaluasi inilah yang kerap dilupakan pasangan karena terlalu mengagung-agungkan perayaannya. "Padahal, meski tanpa perayaan sekalipun setiap pasangan juga bisa terus merawat cinta mereka, kok. Asalkan evaluasinya dilakukan."

ANGKA KECUKUPAN GIZI RAT-RATA ANAK USIA 1 - 3 TAHUN

Dengan berat badan sekitar 12 kg dan tinggi 90 cm, asupan gizi yang dibutuhkan anak setiap harinya ialah: energi 1250 kkal, protein 23 g, vitamin A 350 RE, vitamin D 10 Ug, vitamin E 6 mg, vitamin K 15 mg, tiamin (vitamin B1) 0,5 mg, riboflavin (vitamin B2) 0,6 mg, niasin 5,4 mg, vitamin B12 0,5 mg, asam folat 40 Ug, piridoksin (vitamin B6) 1,0 mg, vitamin C 40 mg, kalsium 500 mg, fosfor 250 mg, besi 8 mg, seng 10 mg, iodium 70 Ug, dan selenium 20 mg.

DAGING DAN HATI PENTING UNTUK KECERDASAN

b>Di usia ini, pertumbuhan tubuh anak agak lamban karena ia tengah mengembangkan aspek kognitifnya. Jadi, ia perlu diberi makanan yang mendukung.
Memilih makanan bagi anak batita sering membuat orang tua pusing. Apalagi, anak kadang-kadang tak mau makan selain makanan kesukaannya. Rio (2,5), misalnya. Ia nggak bakalan mau makan selain hamburger kesukaannya. Akibatnya, orang tuanya pun selalu menyediakan makanan kesukaannya itu. "Daripada ia nggak makan," dalih sang ibu.
Padahal, sikap orang tua yang demikian akan membuat anak semakin menolak makanan lain dan akhirnya hanya mau makan makanan yang itu-itu saja. "Namanya juga anak-anak," ujar dr. Victor Tambunan, M.S. seraya melanjutkan, "kalau sudah merasakan makanan yang enak, maunya makan itu terus."
Selain itu, cara demikian juga bisa membahayakan anak. "Jika makanan yang disukainya adalah makanan yang kandungan gizinya kurang, lama-lama bisa berakibat si anak kekurangan gizi," tukas ahli gizi dari Bagian Gizi FKUI ini.
USIA FOOD JAG.
Menurut Victor, pada periode usia 1-3 tahun, anak memang tengah mengalami penurunan nafsu makan. "Jadi, wajar saja kalau anak enggak nafsu makan. Tergantung pintar-pintarnya orang tua membujuk anak supaya mau makan," katanya.
Apalagi, lanjut Victor, periode usia 1-3 tahun disebut juga sebagai usia food jag , yaitu anak cuma mau makan makanan yang ia sukai. Jadi, kalau orang tua juga "mendukung", ya, enggak heran bila akhirnya anak jadi food jag. Itulah mengapa, Victor menganjurkan, "anak sebaiknya diperkenalkan juga dengan berbagai jenis makanan yang bervariasi."
Anak usia 1-3 tahun, tambahnya, sudah boleh, kok, mengkonsumi makanan seperti yang dikonsumsi orang dewasa. Cuma yang perlu dijaga, jangan berikan makanan terlalu merangsang semisal makanan pedas karena permukaan usus anak masih belum begitu kuat. "Makanan pedas akan merangsang pergerakan usus terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan iritasi. Akibatnya, anak bisa mengalami diare," jelas Victor.
PENTINGNYA MINERAL
Secara umum, terang Victor, angka kecukupan gizi anak usia 1-3 tahun berada dalam satu kelompok. (Lihat boks Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Anak Usia 1-3 Tahun.) Jadi, kebutuhan vitamin, mineral, dan karbohidrat anak usia 1-3 tahun itu sama.
Yang perlu dipahami, anak usia 1-3 tahun tak lagi mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat sebagaimana terjadi di usia bayi. "Pertumbuhan berat dan tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan lebih pelan. Setahun kira-kira hanya bertambah 2 kilo," kata Victor. Karena di usia 1-3 tahun, yang berkembang lebih ke arah fungsi emosi dan kecerdasan.
Oleh karena itu, selain vitamin dan karbohidrat, di usia ini anak memerlukan beberapa mineral tertentu seperti zat besi, kalsium, dan juga zinc (seng). Zat besi penting untuk darah dan perkembangan kognitif. "Penelitian membuktikan, anak yang menderita defisiensi zat besi akan mengalami gangguan psikomotor, termasuk gangguan kecerdasan," jelas Victor. Sedangkan kalsium bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan seng untuk pembentukan enzim seperti enzim pertumbuhan, pencernaan atau metabolisme.
Zat besi terdapat terutama pada bahan makanan hewani seperti daging dan hati. Bila anak tak begitu suka makan daging atau hati, bisa diganti dengan makanan lain yang memiliki gizi sama seperti telur. Bisa juga diganti dengan makanan yang berasal dari nabati seperti tempe dan tahu. "Tapi memang kandungan gizinya tak selengkap daging atau hati yang berasal dari hewani," kata Victor. Sementara sayuran seperti bayam juga mengandung zat besi tapi bukan yang baik. Karena pada bayam terdapat oksalat yang akan mengganggu penyerapan zat besi.
Seng juga terdapat pada bahan makanan hewani seperti daging dan ikan, sementara kalsium bisa diperoleh dari susu.
Yang perlu diperhatikan, jangan sampai anak kelebihan mineral karena bisa berdampak buruk. Kelebihan seng, misalnya, bisa menimbulkan gangguan pada organ-organ tertentu seperti hati. "Kasus ini pernah dilaporkan di daerah yang kadar sengnya tinggi. Di sana setiap hari orang minum air yang berkadar seng tinggi. Lama-lama tentunya akan terjadi akumulasi," tutur Victor. Kelebihan seng juga bisa berakibat anak mengalami over weight (kelebihan berat badan).
Tapi, tak perlu khawatir, Bu-Pak. Kelebihan mineral dan juga vitamin jarang terjadi selama tak ada keadaan "istimewa". "Anak, kan, kalau makan ikan juga terbatas, misalnya," ujar Victor. "Kecuali jika orang tua menambahkan suplemen yang berlebihan, bisa saja anak mengalami kelebihan mineral dan vitamin," lanjutnya.
SELALU MAKAN BUAH
Mengenai buah, menurut Victor, segala jenis buah dapat dikonsumsi oleh anak. Tapi tentu dengan catatan, jangan buah yang terlalu merangsang seperti durian atau nanas.
Semua jenis buah, terang Victor, pada dasarnya hampir sama kandungan vitamin dan mineralnya. Cuma ada yang beta karotennya (bakal vitamin A) lebih tinggi dan ada yang vitamin C-nya lebih tinggi. Misalnya, buah yang berwarna seperti jeruk atau pepaya. "Yang agak istimewa adalah buah pisang karena kandungan kaliumnya banyak. Kalium, kan, ada yang di luar sel, di dalam sel, dan di dalam darah. Nah, kalium pada pisang adalah yang diperlukan untuk fungsi sel-sel di dalam tubuh."
Kalau bisa, anjur Victor, setiap hari anak makan buah-buahan. "Tak usah takut anak akan kelebihan buah. Jikapun sampai kelebihan, nggak masalah, kok." Tapi tentu harus melihat kondisi anak. "Bila anak sedang diare, ya, jangan diberi buah yang merangsang. Lagi pula, anak biasanya, kan, juga enggak terlalu banyak mengkonsumsi buah."
Pagi hari pun tak ada salahnya anak diberikan buah-buahan. Memang, aku Victor, banyak yang bilang, kalau makan buah pagi hari akan membuat sakit perut karena perut yang kosong semalaman lalu tiba-tiba mendapatkan yang agak berserat dan asam, kan, bisa membuat perut bereaksi. "Tapi sebenarnya secara fisiologi enggak apa-apa, kok, makan buah di pagi hari. Ini cuma masalah faktor kebiasaan karena biasanya kita, kan, sarapan yang hangat-hangat. Padahal di luar negeri, orang biasa sarapan pagi dengan jus buah."
Jadi, Bu-Pak, jangan percaya lagi, ya, dengan larangan makan buah di pagi hari. Justru buah sangat bermanfaat. Malah, kata Victor, kalau anak sering makan buah bisa mengurangi kebiasaan jajan, lho.
SUPLEMEN TAK DIANJURKAN
Hal lain yang harus diperhatikan ialah pemberian suplemen. Biasanya orang tua, kan, suka sekali memberikan suplemen terutama bila anaknya sulit makan. Menurut Victor, pemberian suplemen sebenarnya tak dianjurkan. Apalagi sampai rutin dikonsumsi untuk jangka waktu lama. Pasalnya, di dalam suplemen terdapat vitamin dan mineral. "Jika anak kelebihan Vitamin A yang ada dalam suplemen, misalnya, akan bisa merusak hati."
Namun begitu, bukan berarti anak tak boleh diberi suplemen. "Hanya pada keadaan tertentu saja suplemen boleh diberikan," ujar Victor. Misalnya, anak susah sekali makan untuk jangka waktu lama sehingga intake atau asupan vitamin dan mineral yang diperlukan anak jadi berkurang. "Apalagi pada balita, kan, memang ada masa dimana mereka sulit makan. Tapi itu pun tetap tak bisa untuk jangka waktu lama. Paling selama 3 bulan sudah harus dihentikan dan pemberiannya pun harus sesuai anjuran dokter atau takaran seperti yang ditunjukkan dalam tabel."
Jadi, tandas Victor, bila nafsu makan anak normal, ya, enggak perlu diberi suplemen. Toh, kecukupan gizi yang dibutuhkan sudah ada dalam bahan makanan sehari-hari.
Bagaimana, Bu-Pak? Sekarang sudah lebih paham, kan!

Hasto Prianggoro

Thursday 6 December 2007

Pemberian Makanan Padat Pertama

Cari tahu kiat-kiatnya, dan ikuti langkah-langkahnya. Maka, kegiatan memperkenalkan makanan padat pertama bisa menjadi saat-saat yang menyenangkan, baik bagi Anda maupun si kecil.Seringkali, di antara rasa bahagia dan bangga mengikuti proses tumbuh kembang bayinya, terselip rasa cemas dalam hati sang ibu. Mungkin, Anda juga kerap bertanya-tanya, “Kapan ya, buah hatiku siap menerima makanan padat pertamanya?” Atau, “Jenis makanan seperti apa yang sebaiknya diberikan, dan sebaliknya, yang harus dihindari?” Bagaimanapun juga, setiap orang tua tentu ingin anaknya senantiasa tumbuh sehat, aktif, ceria dan cerdas.Cari saat yang tepatMenurut Badan Kesehatan Dunia WHO, d engan manajemen laktasi yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk pertumbuhan bayi yang normal sampai usia enam bulan. Selain itu, pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan ini dapat melindungi bayi dari risiko terkena infeksi saluran pencernaan.Setelah enam bulan, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Dengan kata lain, selain ASI, bayi membutuhkan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain itu, bila MP-ASI tidak segera diberikan, masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah (6-7 bulan) dikhawatirkan akan terlewati. Bila ini terjadi, di kemudian hari bayi akan mengalami kesulitan untuk menelan makanan, atau akan menolak makan bila diberi makanan padat.Pada usia 9-12 bulan, keterampilan mengunyah bayi semakin matang. Selain itu, pada usia ini, kepala serta tubuh bayi juga semakin stabil, sehingga memudahkannya mengembangkan kemampuan makan secara mandiri.Berikan bertahapPemberian makanan padat pertama bayi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:- Mutu bahan makanan . Bahan makanan yang bermutu tinggi menjamin kualitas zat gizi yang baik.- Tekstur dan konsistensi (kekentalan) . Mula-mula, beri bayi makanan yang lumat dan cair, misalnya bubur susu atau bubur/sari buah (pisang, pepaya, jeruk manis). Secara bertahap, makanan bayi dapat lebih kasar dan padat. Bayi yang telah berusia enam bulan bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Memasuki usia delapan bulan sampai satu tahun, bayi mulai bisa diberi makanan yang hanya dicincang.- Jenis makanan . Untuk permulaan, bayi sebaiknya diperkenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik. Tunggulah paling tidak empat hari sebelum Anda memperkenalkan jenis makanan yang lain. Selain bayi akan benar-benar mengenal dan dapat menerima jenis makanan yang baru, Anda pun bisa mengetahui ada tidaknya reaksi alergi pada bayi.- Jumlah atau porsi makanan . Selama masa perkenalan, jangan pernah memaksa bayi menghabiskan makanannya. Umumnya, pada awalnya bayi mau menerima 1-2 sendok teh makanan. Bila ia telah semakin besar, Anda dapat memberikan porsi yang lebih banyak.- Urutan pemberian makanan. Urutan pemberian makanan pendamping ASI biasanya buah-buahan, tepung-tepungan, lalu sayuran. Daging, ikan dan telur umumnya diberikan setelah bayi berumur enam bulan. Bila bayi menujukkan gejala alergi, telur baru diberikan setelah usianya satu tahun.- Jadwal waktu makan harus luwes atau sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang berkaitan dengan keadaan pengosongan lambung. Dengan demikian, saluran cerna bayi lebih siap untuk menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada waktu-waktu tertentu.Perhatikan gizi seimbangSelama minggu-minggu pertama, pemberian makanan padat hanya ditujukan bagi perkenalan rasa dan tekstur makanan, bukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Perlu diingat, makanan utamanya masih ASI atau pengganti ASI. Jadi, ia hanya perlu diberi makanan padat sekali sehari. Selanjutnya, sejak minggu ke enam sampai ke delapan, tingkatkan jumlah dan jenis makanannya, sampai akhirnya ia mendapat makanan tiga kali sehari.Saat bayi mulai bisa makan makanan yang ditim, baik tim saring maupun tim biasa, Anda sebaiknya mulai menerapkan gizi seimbang. Gizi seimbang ini bisa didapat dengan pemilihan bahan makanan yang beraneka ragam. Penganekaragaman disesuaikan dengan bahan makanan yang biasa dikonsumsi sesuai usia bayi.Zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi adalah karbohidrat, protein, mineral (misalnya zat besi) dan vitamin (terutama vitamin C, B1 dan niasin). Bagaimana dengan lemak? Anda sebaiknya tidak memberinya makanan yang terlalu banyak mengandung minyak, santan, mentega atau margarin. Karena, lemak yang dikandung oleh bahan-bahan makanan ini akan memperberat kerja sistem pencernaan bayi.Namun, mengingat beberapa jenis zat gizi, misalnya vitamin A, membutuhkan lemak agar dapat diserap oleh tubuh, maka nasi tim saring yang diberikan pada bayi sebaiknya ditambahkan sumber-sumber lemak tersebut. Misalnya, pada bayi usia enam bulan, nasi timnya dapat ditambah satu sendok teh minyak/margarin, atau satu sendok makan santan.Hal lain yang harus Anda ingat, saat makanan padat menyelingi jadwal minum susu bayi adalah, ia perlu minum untuk memuaskan rasa hausnya dan membantu melancarkan kerja pencernaannya. Kebutuhannya ini sebaiknya Anda penuhi dengan memberinya minum air putih matang, sari buah segar atau makanan yang berkuah.Ciptakan pengalaman yang menyenangkanPada dasarnya, cara pemberian makanan jangan terlalu memaksa bayi, yaitu dalam waktu yang cepat dan dalam jumlah yang banyak. Perlu diingat, bayi yang frustrasi cenderung akan bersikap lebih baik melawan daripada makan. Jadi, biarkanlah ia menikmati acara makannya. Bila pengalaman pertama ini menyenangkan, maka untuk selanjutnya segalanya akan menjadi lebih mudah. Sumber berita :Ayahbunda-online.com

Monday 3 December 2007

PROSEDUR PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

1. Perkawinan CampuranPerkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan, dikenal dengan Perkawinan Campuran (pasal 57 UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan). Artinya perkawinan yang akan anda lakukan adalah perkawinan campuran.
2. Sesuai dengan UU Yang BerlakuPerkawinan Campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut Undang-Undang Perkawinan dan harus memenuhi syarat-syarat perkawinan. Syarat Perkawinan diantaranya: ada persetujuan kedua calon mempelai, izin dari kedua orangtua/wali bagi yang belum berumur 21 tahun, dan sebagaimua (lihat pasal 6 UU Perkawinan).
3. Surat Keterangan dari Pegawai Pencatat PerkawinanBila semua syarat telah terpenuhi, anda dapat meminta pegawai pencatat perkawinan untuk memberikan Surat Keterangan dari pegawai pencatat perkawinan masing-masing pihak, --anda dan calon suami anda,-- (pasal 60 ayat 1 UU Perkawinan). Surat Keterangan ini berisi keterangan bahwa benar syarat telah terpenuhi dan tidak ada rintangan untuk melangsungkan perkawinan. Bila petugas pencatat perkawinan menolak memberikan surat keterangan, maka anda dapat meminta Pengadilan memberikan Surat Keputusan, yang menyatakan bahwa penolakannya tidak beralasan (pasal 60 ayat 3 UU Perkawinan).Surat Keterangan atau Surat Keputusan Pengganti Keterangan ini berlaku selama enam bulan. Jika selama waktu tersebut, perkawinan belum dilaksanakan, maka Surat Keterangan atau Surat Keputusan tidak mempunyai kekuatan lagi (pasal 60 ayat 5 UU Perkawinan).
4. Surat-surat yang harus dipersiapkanAda beberapa surat lain yang juga harus disiapkan, yakni:a. Untuk calon suami
Anda harus meminta calon suami anda untuk melengkapi surat-surat dari daerah atau negara asalnya. Untuk dapat menikah di Indonesia, ia juga harus menyerahkan "Surat Keterangan" yang menyatakan bahwa ia dapat kawin dan akan kawin dengan WNI. SK ini dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di negaranya. Selain itu harus pula dilampirkan:
1.Fotokopi Identitas Diri (KTP/pasport)
2.Fotokopi Akte Kelahiran
3.Surat Keterangan bahwa ia tidak sedang dalam status kawin;atau
4.Akte Cerai bila sudah pernah kawin; atau
5.Akte Kematian istri bila istri meninggal
Surat-surat tersebut lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penterjemah yang disumpah dan kemudian harus dilegalisir oleh Kedutaan Negara WNA tersebut yang ada di Indonesia.
b. Untuk anda, sebagai calon istri
Anda harus melengkapi diri anda dengan:
1.Fotokopi KTP
2.Fotokopi Akte Kelahiran
3.Data orang tua calon mempelai
4.Surat pengantar dari RT/RW yang menyatakan bahwa anda tidak ada halangan bagi anda untuk melangsungkan perkawinan
6. Pencatatan Perkawinan (pasal 61 ayat 1 UU Perkawinan)Pencatatan perkawinan ini dimaksudkan untuk memperoleh kutipan Akta Perkawinan (kutipan buku nikah) oleh pegawai yang berwenang. Bagi yang beragama Islam, pencatatan dilakukan oleh pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Talak Cerai Rujuk. Sedang bagi yang Non Islam, pencatatan dilakukan oleh Pegawai Kantor Catatan Sipil.
7. Legalisir Kutipan Akta PerkawinanKutipan Akta Perkawinan yang telah anda dapatkan, masih harus dilegalisir di Departemen Hukum dan HAM dan Departemen Luar Negeri, serta didaftarkan di Kedutaan negara asal suami.Dengan adanya legalisasi itu, maka perkawinan anda sudah sah dan diterima secara internasional, baik bagi hukum di negara asal suami, maupun menurut hukum di Indonesia8. Konsekuensi HukumAda beberapa konsekuensi yang harus anda terima bila anda menikah dengan seorang WNA. Salah satunya yang terpenting yaitu terkait dengan status anak. Berdasarkan UU Kewarganegaraan terbaru, anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria WNI, kini sama-sama telah diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin maka ia harus menentukan pilihannya.Pernyataan untuk memilih tersebut harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah kawin. Jadi bersiaplah untuk mengurus prosedural pemilihan kewarganegaraan anak anda selanjutnya.Semoga mencerahkan dan have a nice weekend readers..Catatan:
Bagi perkawinan campuran yang dilangsungkan di luar Indonesia, harus didaftarkan di kantor Catatan Sipil paling lambat 1 (satu) tahun setelah yang bersangkutan kembali ke Indonesia. Bila tidak, maka perkawinan anda belum diakui oleh hukum kita. Surat bukti perkawinan itu didaftarkan di Kantor Pencatatan Perkawinan tempat tinggal anda di Indonesia (pasal 56 ayat (2) UU No 1/74).

Mengenal Azas Kewarganegaraan di Korea selatan

Ada yang bertanya kepada saya tentang Kewarganegaraan Anaknya yang lahir di Korea, atas pernikahan sesama WNI di Korea. Juga kebetulan pas...