b>Di usia ini, pertumbuhan tubuh anak agak lamban karena ia tengah mengembangkan aspek kognitifnya. Jadi, ia perlu diberi makanan yang mendukung.
Memilih makanan bagi anak batita sering membuat orang tua pusing. Apalagi, anak kadang-kadang tak mau makan selain makanan kesukaannya. Rio (2,5), misalnya. Ia nggak bakalan mau makan selain hamburger kesukaannya. Akibatnya, orang tuanya pun selalu menyediakan makanan kesukaannya itu. "Daripada ia nggak makan," dalih sang ibu.
Padahal, sikap orang tua yang demikian akan membuat anak semakin menolak makanan lain dan akhirnya hanya mau makan makanan yang itu-itu saja. "Namanya juga anak-anak," ujar dr. Victor Tambunan, M.S. seraya melanjutkan, "kalau sudah merasakan makanan yang enak, maunya makan itu terus."
Selain itu, cara demikian juga bisa membahayakan anak. "Jika makanan yang disukainya adalah makanan yang kandungan gizinya kurang, lama-lama bisa berakibat si anak kekurangan gizi," tukas ahli gizi dari Bagian Gizi FKUI ini.
USIA FOOD JAG.
Menurut Victor, pada periode usia 1-3 tahun, anak memang tengah mengalami penurunan nafsu makan. "Jadi, wajar saja kalau anak enggak nafsu makan. Tergantung pintar-pintarnya orang tua membujuk anak supaya mau makan," katanya.
Apalagi, lanjut Victor, periode usia 1-3 tahun disebut juga sebagai usia food jag , yaitu anak cuma mau makan makanan yang ia sukai. Jadi, kalau orang tua juga "mendukung", ya, enggak heran bila akhirnya anak jadi food jag. Itulah mengapa, Victor menganjurkan, "anak sebaiknya diperkenalkan juga dengan berbagai jenis makanan yang bervariasi."
Anak usia 1-3 tahun, tambahnya, sudah boleh, kok, mengkonsumi makanan seperti yang dikonsumsi orang dewasa. Cuma yang perlu dijaga, jangan berikan makanan terlalu merangsang semisal makanan pedas karena permukaan usus anak masih belum begitu kuat. "Makanan pedas akan merangsang pergerakan usus terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan iritasi. Akibatnya, anak bisa mengalami diare," jelas Victor.
PENTINGNYA MINERAL
Secara umum, terang Victor, angka kecukupan gizi anak usia 1-3 tahun berada dalam satu kelompok. (Lihat boks Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Anak Usia 1-3 Tahun.) Jadi, kebutuhan vitamin, mineral, dan karbohidrat anak usia 1-3 tahun itu sama.
Yang perlu dipahami, anak usia 1-3 tahun tak lagi mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat sebagaimana terjadi di usia bayi. "Pertumbuhan berat dan tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan lebih pelan. Setahun kira-kira hanya bertambah 2 kilo," kata Victor. Karena di usia 1-3 tahun, yang berkembang lebih ke arah fungsi emosi dan kecerdasan.
Oleh karena itu, selain vitamin dan karbohidrat, di usia ini anak memerlukan beberapa mineral tertentu seperti zat besi, kalsium, dan juga zinc (seng). Zat besi penting untuk darah dan perkembangan kognitif. "Penelitian membuktikan, anak yang menderita defisiensi zat besi akan mengalami gangguan psikomotor, termasuk gangguan kecerdasan," jelas Victor. Sedangkan kalsium bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan seng untuk pembentukan enzim seperti enzim pertumbuhan, pencernaan atau metabolisme.
Zat besi terdapat terutama pada bahan makanan hewani seperti daging dan hati. Bila anak tak begitu suka makan daging atau hati, bisa diganti dengan makanan lain yang memiliki gizi sama seperti telur. Bisa juga diganti dengan makanan yang berasal dari nabati seperti tempe dan tahu. "Tapi memang kandungan gizinya tak selengkap daging atau hati yang berasal dari hewani," kata Victor. Sementara sayuran seperti bayam juga mengandung zat besi tapi bukan yang baik. Karena pada bayam terdapat oksalat yang akan mengganggu penyerapan zat besi.
Seng juga terdapat pada bahan makanan hewani seperti daging dan ikan, sementara kalsium bisa diperoleh dari susu.
Yang perlu diperhatikan, jangan sampai anak kelebihan mineral karena bisa berdampak buruk. Kelebihan seng, misalnya, bisa menimbulkan gangguan pada organ-organ tertentu seperti hati. "Kasus ini pernah dilaporkan di daerah yang kadar sengnya tinggi. Di sana setiap hari orang minum air yang berkadar seng tinggi. Lama-lama tentunya akan terjadi akumulasi," tutur Victor. Kelebihan seng juga bisa berakibat anak mengalami over weight (kelebihan berat badan).
Tapi, tak perlu khawatir, Bu-Pak. Kelebihan mineral dan juga vitamin jarang terjadi selama tak ada keadaan "istimewa". "Anak, kan, kalau makan ikan juga terbatas, misalnya," ujar Victor. "Kecuali jika orang tua menambahkan suplemen yang berlebihan, bisa saja anak mengalami kelebihan mineral dan vitamin," lanjutnya.
SELALU MAKAN BUAH
Mengenai buah, menurut Victor, segala jenis buah dapat dikonsumsi oleh anak. Tapi tentu dengan catatan, jangan buah yang terlalu merangsang seperti durian atau nanas.
Semua jenis buah, terang Victor, pada dasarnya hampir sama kandungan vitamin dan mineralnya. Cuma ada yang beta karotennya (bakal vitamin A) lebih tinggi dan ada yang vitamin C-nya lebih tinggi. Misalnya, buah yang berwarna seperti jeruk atau pepaya. "Yang agak istimewa adalah buah pisang karena kandungan kaliumnya banyak. Kalium, kan, ada yang di luar sel, di dalam sel, dan di dalam darah. Nah, kalium pada pisang adalah yang diperlukan untuk fungsi sel-sel di dalam tubuh."
Kalau bisa, anjur Victor, setiap hari anak makan buah-buahan. "Tak usah takut anak akan kelebihan buah. Jikapun sampai kelebihan, nggak masalah, kok." Tapi tentu harus melihat kondisi anak. "Bila anak sedang diare, ya, jangan diberi buah yang merangsang. Lagi pula, anak biasanya, kan, juga enggak terlalu banyak mengkonsumsi buah."
Pagi hari pun tak ada salahnya anak diberikan buah-buahan. Memang, aku Victor, banyak yang bilang, kalau makan buah pagi hari akan membuat sakit perut karena perut yang kosong semalaman lalu tiba-tiba mendapatkan yang agak berserat dan asam, kan, bisa membuat perut bereaksi. "Tapi sebenarnya secara fisiologi enggak apa-apa, kok, makan buah di pagi hari. Ini cuma masalah faktor kebiasaan karena biasanya kita, kan, sarapan yang hangat-hangat. Padahal di luar negeri, orang biasa sarapan pagi dengan jus buah."
Jadi, Bu-Pak, jangan percaya lagi, ya, dengan larangan makan buah di pagi hari. Justru buah sangat bermanfaat. Malah, kata Victor, kalau anak sering makan buah bisa mengurangi kebiasaan jajan, lho.
SUPLEMEN TAK DIANJURKAN
Hal lain yang harus diperhatikan ialah pemberian suplemen. Biasanya orang tua, kan, suka sekali memberikan suplemen terutama bila anaknya sulit makan. Menurut Victor, pemberian suplemen sebenarnya tak dianjurkan. Apalagi sampai rutin dikonsumsi untuk jangka waktu lama. Pasalnya, di dalam suplemen terdapat vitamin dan mineral. "Jika anak kelebihan Vitamin A yang ada dalam suplemen, misalnya, akan bisa merusak hati."
Namun begitu, bukan berarti anak tak boleh diberi suplemen. "Hanya pada keadaan tertentu saja suplemen boleh diberikan," ujar Victor. Misalnya, anak susah sekali makan untuk jangka waktu lama sehingga intake atau asupan vitamin dan mineral yang diperlukan anak jadi berkurang. "Apalagi pada balita, kan, memang ada masa dimana mereka sulit makan. Tapi itu pun tetap tak bisa untuk jangka waktu lama. Paling selama 3 bulan sudah harus dihentikan dan pemberiannya pun harus sesuai anjuran dokter atau takaran seperti yang ditunjukkan dalam tabel."
Jadi, tandas Victor, bila nafsu makan anak normal, ya, enggak perlu diberi suplemen. Toh, kecukupan gizi yang dibutuhkan sudah ada dalam bahan makanan sehari-hari.
Bagaimana, Bu-Pak? Sekarang sudah lebih paham, kan!
Hasto Prianggoro
Memilih makanan bagi anak batita sering membuat orang tua pusing. Apalagi, anak kadang-kadang tak mau makan selain makanan kesukaannya. Rio (2,5), misalnya. Ia nggak bakalan mau makan selain hamburger kesukaannya. Akibatnya, orang tuanya pun selalu menyediakan makanan kesukaannya itu. "Daripada ia nggak makan," dalih sang ibu.
Padahal, sikap orang tua yang demikian akan membuat anak semakin menolak makanan lain dan akhirnya hanya mau makan makanan yang itu-itu saja. "Namanya juga anak-anak," ujar dr. Victor Tambunan, M.S. seraya melanjutkan, "kalau sudah merasakan makanan yang enak, maunya makan itu terus."
Selain itu, cara demikian juga bisa membahayakan anak. "Jika makanan yang disukainya adalah makanan yang kandungan gizinya kurang, lama-lama bisa berakibat si anak kekurangan gizi," tukas ahli gizi dari Bagian Gizi FKUI ini.
USIA FOOD JAG.
Menurut Victor, pada periode usia 1-3 tahun, anak memang tengah mengalami penurunan nafsu makan. "Jadi, wajar saja kalau anak enggak nafsu makan. Tergantung pintar-pintarnya orang tua membujuk anak supaya mau makan," katanya.
Apalagi, lanjut Victor, periode usia 1-3 tahun disebut juga sebagai usia food jag , yaitu anak cuma mau makan makanan yang ia sukai. Jadi, kalau orang tua juga "mendukung", ya, enggak heran bila akhirnya anak jadi food jag. Itulah mengapa, Victor menganjurkan, "anak sebaiknya diperkenalkan juga dengan berbagai jenis makanan yang bervariasi."
Anak usia 1-3 tahun, tambahnya, sudah boleh, kok, mengkonsumi makanan seperti yang dikonsumsi orang dewasa. Cuma yang perlu dijaga, jangan berikan makanan terlalu merangsang semisal makanan pedas karena permukaan usus anak masih belum begitu kuat. "Makanan pedas akan merangsang pergerakan usus terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan iritasi. Akibatnya, anak bisa mengalami diare," jelas Victor.
PENTINGNYA MINERAL
Secara umum, terang Victor, angka kecukupan gizi anak usia 1-3 tahun berada dalam satu kelompok. (Lihat boks Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata Anak Usia 1-3 Tahun.) Jadi, kebutuhan vitamin, mineral, dan karbohidrat anak usia 1-3 tahun itu sama.
Yang perlu dipahami, anak usia 1-3 tahun tak lagi mengalami pertumbuhan tubuh yang cepat sebagaimana terjadi di usia bayi. "Pertumbuhan berat dan tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan lebih pelan. Setahun kira-kira hanya bertambah 2 kilo," kata Victor. Karena di usia 1-3 tahun, yang berkembang lebih ke arah fungsi emosi dan kecerdasan.
Oleh karena itu, selain vitamin dan karbohidrat, di usia ini anak memerlukan beberapa mineral tertentu seperti zat besi, kalsium, dan juga zinc (seng). Zat besi penting untuk darah dan perkembangan kognitif. "Penelitian membuktikan, anak yang menderita defisiensi zat besi akan mengalami gangguan psikomotor, termasuk gangguan kecerdasan," jelas Victor. Sedangkan kalsium bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan seng untuk pembentukan enzim seperti enzim pertumbuhan, pencernaan atau metabolisme.
Zat besi terdapat terutama pada bahan makanan hewani seperti daging dan hati. Bila anak tak begitu suka makan daging atau hati, bisa diganti dengan makanan lain yang memiliki gizi sama seperti telur. Bisa juga diganti dengan makanan yang berasal dari nabati seperti tempe dan tahu. "Tapi memang kandungan gizinya tak selengkap daging atau hati yang berasal dari hewani," kata Victor. Sementara sayuran seperti bayam juga mengandung zat besi tapi bukan yang baik. Karena pada bayam terdapat oksalat yang akan mengganggu penyerapan zat besi.
Seng juga terdapat pada bahan makanan hewani seperti daging dan ikan, sementara kalsium bisa diperoleh dari susu.
Yang perlu diperhatikan, jangan sampai anak kelebihan mineral karena bisa berdampak buruk. Kelebihan seng, misalnya, bisa menimbulkan gangguan pada organ-organ tertentu seperti hati. "Kasus ini pernah dilaporkan di daerah yang kadar sengnya tinggi. Di sana setiap hari orang minum air yang berkadar seng tinggi. Lama-lama tentunya akan terjadi akumulasi," tutur Victor. Kelebihan seng juga bisa berakibat anak mengalami over weight (kelebihan berat badan).
Tapi, tak perlu khawatir, Bu-Pak. Kelebihan mineral dan juga vitamin jarang terjadi selama tak ada keadaan "istimewa". "Anak, kan, kalau makan ikan juga terbatas, misalnya," ujar Victor. "Kecuali jika orang tua menambahkan suplemen yang berlebihan, bisa saja anak mengalami kelebihan mineral dan vitamin," lanjutnya.
SELALU MAKAN BUAH
Mengenai buah, menurut Victor, segala jenis buah dapat dikonsumsi oleh anak. Tapi tentu dengan catatan, jangan buah yang terlalu merangsang seperti durian atau nanas.
Semua jenis buah, terang Victor, pada dasarnya hampir sama kandungan vitamin dan mineralnya. Cuma ada yang beta karotennya (bakal vitamin A) lebih tinggi dan ada yang vitamin C-nya lebih tinggi. Misalnya, buah yang berwarna seperti jeruk atau pepaya. "Yang agak istimewa adalah buah pisang karena kandungan kaliumnya banyak. Kalium, kan, ada yang di luar sel, di dalam sel, dan di dalam darah. Nah, kalium pada pisang adalah yang diperlukan untuk fungsi sel-sel di dalam tubuh."
Kalau bisa, anjur Victor, setiap hari anak makan buah-buahan. "Tak usah takut anak akan kelebihan buah. Jikapun sampai kelebihan, nggak masalah, kok." Tapi tentu harus melihat kondisi anak. "Bila anak sedang diare, ya, jangan diberi buah yang merangsang. Lagi pula, anak biasanya, kan, juga enggak terlalu banyak mengkonsumsi buah."
Pagi hari pun tak ada salahnya anak diberikan buah-buahan. Memang, aku Victor, banyak yang bilang, kalau makan buah pagi hari akan membuat sakit perut karena perut yang kosong semalaman lalu tiba-tiba mendapatkan yang agak berserat dan asam, kan, bisa membuat perut bereaksi. "Tapi sebenarnya secara fisiologi enggak apa-apa, kok, makan buah di pagi hari. Ini cuma masalah faktor kebiasaan karena biasanya kita, kan, sarapan yang hangat-hangat. Padahal di luar negeri, orang biasa sarapan pagi dengan jus buah."
Jadi, Bu-Pak, jangan percaya lagi, ya, dengan larangan makan buah di pagi hari. Justru buah sangat bermanfaat. Malah, kata Victor, kalau anak sering makan buah bisa mengurangi kebiasaan jajan, lho.
SUPLEMEN TAK DIANJURKAN
Hal lain yang harus diperhatikan ialah pemberian suplemen. Biasanya orang tua, kan, suka sekali memberikan suplemen terutama bila anaknya sulit makan. Menurut Victor, pemberian suplemen sebenarnya tak dianjurkan. Apalagi sampai rutin dikonsumsi untuk jangka waktu lama. Pasalnya, di dalam suplemen terdapat vitamin dan mineral. "Jika anak kelebihan Vitamin A yang ada dalam suplemen, misalnya, akan bisa merusak hati."
Namun begitu, bukan berarti anak tak boleh diberi suplemen. "Hanya pada keadaan tertentu saja suplemen boleh diberikan," ujar Victor. Misalnya, anak susah sekali makan untuk jangka waktu lama sehingga intake atau asupan vitamin dan mineral yang diperlukan anak jadi berkurang. "Apalagi pada balita, kan, memang ada masa dimana mereka sulit makan. Tapi itu pun tetap tak bisa untuk jangka waktu lama. Paling selama 3 bulan sudah harus dihentikan dan pemberiannya pun harus sesuai anjuran dokter atau takaran seperti yang ditunjukkan dalam tabel."
Jadi, tandas Victor, bila nafsu makan anak normal, ya, enggak perlu diberi suplemen. Toh, kecukupan gizi yang dibutuhkan sudah ada dalam bahan makanan sehari-hari.
Bagaimana, Bu-Pak? Sekarang sudah lebih paham, kan!
Hasto Prianggoro