Friday 9 May 2008

Yoghurt, Membuat Balita Lebih Sehat

Citarasanya asam segar. Penampilannya kaya variasi. Tak heran bila produk fermentasi susu ini disukai banyak orang, termasuk anak-anak.Yoghurt adalah produk fermentasi susu yang bersifat semi-padat. Begitu populernya, sehingga penggemar produk ini tersebar di berbagai belahan dunia.Pakai starter khususYoghurt adalah produk yang masih “hidup”. Kekhasan yoghurt sebagai produk fermentasi memang berasal dari starter khusus yang dipakai, yaitu kultur bakteri asam laktat. Tanpa bakteri ini, yoghurt kurang bermanfaat bagi kesehatan.Dalam aksinya, bakteri ini akan mengubah laktosa (gula susu) jadi asam laktat. Begitu mencapai jumlah asam laktat tertentu, susu pun menggumpal. Saat ini, penggumpalan susu banyak dilakukan dengan kombinasi 2 bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Bisa juga, ditambahkan dengan bakteri lainnya. Memang, kalau mau menghasilkan flavor yang unik, ya pandai-pandailah memadukannya.Yoghurt seperti ini benar-benar tanpa tambahan perasa atau pewarna. Makanya, disebut yoghurt dasar (plain yoghurt).Komposisi gizi tergantung jenis susuMemang, komposisi zat gizi yoghurt ditentukan oleh bahan baku utamanya, yaitu susu. Umumnya, yoghurt mengandung tidak kurang dari 0,8% asam laktat, 9,5% padatan susu nonlemak, dan 3,0% protein.Selain susu utuh (whole milk), yoghurt bisa juga dibuat dari susu bubuk, susu skim, atau campuran antara suhu utuh dan susu skim. Dengan begitu, bisa didapat kadar lemak yang diinginkan. Yoghurt bebas lemak tidak boleh mengandung lemak lebih dari 0.5 g/100 g.Nah, karena terbuat dari susu, mau tidak mau yoghurt (yang tidak ditambah gula) punya komposisi mirip dengan komposisi susu. Itu sebabnya, yoghurt juga sumber protein dan kalsium yang sangat oke. Bahkan, konsumsi yoghurt sebanyak 100 g per hari mampu memberikan sumbangan sekitar 15% dari kebutuhan kalsium dan protein per hari. Makanya, makan yoghurt secara teratur bisa membantu mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis). Juga, karena sebagian besar laktosa (gula susu) telah difermentasi, yoghurt bisa jadi alternatif makanan bagi penderita yang tidak bisa mencerna laktosa (laktosa intoleransi).Perlu dicatat, standar internasional menentukan yoghurt yang bermutu baik harus mengandung maksimum 10 koliform per gram dan 100 kapang atau khamir per gram. Selain itu, yoghurt tidak boleh mengandung lebih dari 2,0% senyawa pembentuk tekstur (penstabil, pembentuk gel, pengental atau pengemulsi), asam sitrat, pewarna makanan dan pengawet yang diizinkan (khususnya yoghurt dengan tambahan buah, jus buah, ekstrak buah, atau selai).Diduga bisa memperpanjang usiaManfaat yoghurt pertama kali diungkap oleh Elie Metchnikoff , ilmuwan Rusia penerima nobel biologi/fisiologi kedokteran tahun 1908. Menurut Metchnikoff, tingginya usia hidup rata-rata warga suku-suku pegunungan di Bulgaria , yakni 87 tahun, ada hubungannya dengan kebiasaan mereka mengonsumsi yoghurt. Bakteri akan masuk dan tinggal di usus, lalu memberi pengaruh positif terhadap keseimbangan mikroflora usus. Caranya? Menurunkan efek racun dari bakteri yang merugikan di usus.Jadi, yoghurt “hidup” (belum dipanaskan) yang mengandung ‘bakteri baik’ akan berperang dan membunuh ‘bakteri jahat’ yang suka “tebar-tebar” racun di usus. Yang termasuk ‘bakteri baik’ adalah Bifidobacterium, Eubacterium dan Lactobacillus. Sebagai gambaran, diperkirakan ada 100-400 jenis bakteri dalam usus manusia dan membentuk flora usus.Selain itu, konsumsi yoghurt akan meningkatkan jumlah bakteri baik di usus. Diduga, inilah yang membuat kesehatan prima, plus panjang umur. Cuma itu? Tentu saja tidak. Aktivitas bakteri asam laktat selama fermentasi susu jadi yoghurt ternyata bisa meningkatkan kandungan gizi yoghurt. Khususnya, B1, B2, B3, B6, asam folat, asam pantotenat, dan biotin. Vitamin tersebut berperan penting dalam kesehatan reproduksi dan kekebalan tubuh.Juga, yoghurt mudah dan cepat dicerna tubuh. Bayangkan saja, lebih dari 90% yoghurt bisa dicerna tubuh dalam waktu 1 jam setelah konsumsi. Bagaimana dengan susu? Dalam waktu yang sama, baru tercerna 30% saja.
*)Penulis adalah Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mengenal Azas Kewarganegaraan di Korea selatan

Ada yang bertanya kepada saya tentang Kewarganegaraan Anaknya yang lahir di Korea, atas pernikahan sesama WNI di Korea. Juga kebetulan pas...